Kamis, 18 Maret 2010

Mengupas Makna Puasa Menjadikan Orang Lebih Produktif, Bukan Bermalas-malasan

RABU (26/8) hari ini merupakan hari ke lima umat muslim yang beriman menjalankan ibadah puasa. Setidaknya setelah beberapa hari berjalan, ibadah shiam di bulan Ramadhan ini telah membentuk sikap dan pribadi manusia yang menjalankannya. Pribadi yang sabar, menahan diri dari lapar dan dahaga. Serta terpenting menjaga kejujuran untuk diri sendiri.

TGH. Dr. Zainuri, LC dalam sebuah kesempatan menjelaskan secara etimologi puasa atau shiam (bahasa Arab) bermakna menahan diri. Dimulai dari imsak (mulai menahan diri). Sementara secara terminologi bermakna menahan diri dari segala hal yang membatalkan, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Maksud dari hal-hal yang membatalkan antara lain dari makan dan minum, berhubungan suami istri sewaktu menjalankan puasa. Definisi ini dinamakan pengasuh pondok pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat (Lobar) ini puasa dalam arti zhohir. Menurutnya, makna terpenting dari puasa adalah menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang kurang menyenangkan. Serta menjaga perbuatan dari hal-hal yang buruk.

Banyak orang yang puasa zhohir, namun dia tidak dapat apa-apa. Pasalnya aspek terpenting dari puasa itu sendiri tidak dijalankan. Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya dijelaskan Zainuri, mereka hanya mendapat aljuu’ wal athos (lapar dan dahaga). Ditambahkan, dalam puasa hubungannya langsung secara vertical kepada Allah SWT. Sebagaimana tujuan puasa itu sendiri, meningkatkan ketakwaan. Takut kepada Allah dengan didasari iman.

Manifestasi dari keinginan menuju ketakwaan itu dalam menjalankan puasa, dijelasakan Zainuri menjadikan orang lebih produktif. Bukan sebaliknya bermalas-malasan. Adanya kebijakan pada bulan ramadhan ini lebih telat berangkat kerja dan pulang lebih lambat memang tidak disalahkan. Hanya saja, menjadi salah kalau dengan puasa menjadikan orang bermalas-malasan.

Puasa lanjutnya dapat menjadikan orang energik. Semangat menyelesaikan tugas di kantor misalnya lebih tinggi dibandingkan tidak puasa. Waktu menyelesaikan tugas pun akan lebih banyak. Karena tidak diganggu dengan urusan makan siang. Pejabat pemerintah yang kemudian malas bekerja saat puasa dinilai Zainuri telah salah menafsirkan makna puasa.

Zainuri memaparkan ada beberapa buktu sejarah yang menegaskan puasa menjadikan orang lebih produktif. Antara lain, proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan hari Jumat 17 Agustus 1945 silam itu berlangsung saat puasa. Bukti sejarah lainnya, beberapa ekspedisi Islam seperti perang Badar dan lainnya berlangsung pada bulan puasa. Selalu menuai kemenangan gemilang.

Ditambahkan, hadis Nabi Muhammad SAW berbunyi “Shoumu Tashihhu” (puasa itu menyehatkan). Dari sisi medis tidak diragukan lagi. Seseorang yang mengidap penyakit biasanya disarankan dokter untuk memperhatikan pola makan. Kerap dokter meminta untuk mengurangi makan dan menganjurkan makanan yang bergizi dan tidak berlebih-lebihan.

Penjelasan serupa disampaikan Prof. Saiful Muslim, MM. kepada Suara NTB Selasa kemarin ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB ini menjelaskan, selama 11 bulan lamanya tubuh ini bekerja secara rutin. Bahkan 24 jam penuh selama sehari. Untuk itu, tubuh ini perlu istirahat. Meski selama sebulan.

Para ahli kesehatan tutur Saiful menyebutkan seseorang yang sakit mag (penyakit akibat tidak teratur makan) ketika menjalankan puasa dijamin sehat. Sebab, setahun kurang sebulan tubuh beraktivitas tanpa henti. Semua organ tubuh memompa. Dengan beristirahat 12 jam sehari akan dapat memberikan energi baru.

Ketua MUI NTB ini menambahkan, dengan berpuasa prinsipnya banyak hal yang bisa diraih. Di dalamnya kita dididik. Pendidikan saling berbagi rasa. Menahan lapar bermaka kita dapat merasakan apa yang dirasakan orang miskin. Orang yang sulit rezekinya dapat dirasakan betapa pahitnya oleh orang yang kaya.

Berangkat dari perasaan itu, akan terbangun rasa ingin berbagi. Orang yang biasanya hidup enak akan sadar bahwa banyak orang lain yang merasakan hidup tidak enak. Akan tergugah hatinya untuk berbagi kepada mereka. Terdorong mereka untuk memberikan santunan. Kiranya puasa pada akhirnya nanti benar-benar mencapai ketakwaan bagi yang melaksanakannya. ()

Tidak ada komentar:

Posting Komentar